Eksistensi Ulama dalam Politik Islam

Authors

  • Muntasir Universitas Malikussaleh Lhokseumawe
  • Nidzammuddin Sulaiman Universitas Malikussaleh Lhokseumawe

Keywords:

Eksistensi, Ulama, Politik Islam

Abstract

Para  ulama ini  telah  memberikan  warna  tersendiri  bagi  Islam  dalam  dalam berbagai  dimensinya  termasuk  dalam  dimensi  politik.  Peran-peran mereka  terhadap  penubuhan  konsep  dan  idea  politik  Islam,  negara Islam, kepemimpinan dan lain-lain yang berhubungan dengan politik adalah sesuatu yang telah dimulakan semenjak selepas era kenabian dan para khalifah setelahnya. Kuasa politik dan kuasa agama menjadi otoriti yang dipegang oleh satu orang. Pada masa kenabian, kedua kuasa itu dimiliki  nabi Muhammad sebagai Rasululullah yang diberi mandat menyampaikan syariat  Islam ke permukaan bumi ini. Pola yang dilakukan oleh nabi Muhammad  tesebut  berterusan  sehingga  pada  masa  kekhalifahan setidaknya  sampai  masa  kekhalifahan  khulafaur  rasyidin  yang berakhir dengan tebunuhnya khlalifah saidini Ali Bin Abi Thalib.  Sedikit  mengalami  peubahan  yang  terjadi  pada  masa  khalifah dinasti  Umayyah,  Abbasiyah  dan  dinasti  lainnya.  Jabatan  khalifah yang  pada  masa  itu  mulai  dipegang  oleh  orang-oang  yang  tidak memenuhi persyaratan kualifikasi ulama. Akibatnya muncul berbagai pandangan dan teori yang diberikan oleh para ulama semasa sebagai respon mereka terhadap fenomena yang berlaku. Dengan mengikuti alur  historis  pandangan  para  ulama  tersebut,  dapat  dilihat  bahawa respon  yang  diberikan  oleh  mereka  senantiasa  diselaraskan  dengan kondisi  sosio  masyarakat  yang  sedang  berlangsung.  Persyararatan keturunan  Quraish  dan  Ulama  Mujtahid  yang  diberikan  oleh  Imam Al-Mawardi untuk menjadi Imam atau Khalifah adalah selari dengan kebutuhan politik pada masa itu. Dimana para ulama setelahnya tidak mempermaslah kan kedua syarat tersebut.  Rumusan yang dapat difahami dari perbincangan di atas bahwa sebagaimana yang terjadi dalam teori barat tentang bentuk, sistem dan hal-hal lainnya yang berhubungan dengan politik dan kenegaraan juga  terjadi  dalam  pemikiran  sarjana  Islam.  Perubahan  pandangan dan pemikiran adalah sesuatu yang berlaku secara alamiah mengikuti kehendak perkembangan semasa.

References

Ahmad Sukardja, 1995, Piagam Madinah dan Undang-Undang 1945: Kajian Perbandingan dasar hidup Bersama dalam Masyarakat yang majemuk, Jakarta: UI Press

Al-Ghazali, 1991, Ihyâ‘ Ulũm al-Dīn, Dar al-Fikr, Beirut, Juz II, Al-Maududi, Abul A’la, 1988, Khilafah dan Kerajaan (Al-Khilafah wa AlMulk, Bandung : Mizan

Imam Al-Mawardi, 1973, Al-Ahkam as-Sulthaniyah wa al-Wilayah adDiniyyah, Kairo

Luis Makluf, 1956, Al-Munjid Fil Lughah Wa al-Adab Wa Al-Ulum, Beirut : Al-Matbaat Al-Katsulikyah

Rasyid Ridha, 1988, Al-khilafah Aw Al-Imamah Al-Uzhma, Kairo: Zahra Lil Al-Ilam Al-Arabi

Said Hawwa, 1991, Al-Asaasu Fi At-Tafsir, Cairo : Darus Salam Juz 8

Sayyid Qutb, 1974, Al Adalah Al Ijtima’iyah Fil Islam, Beirut : Dar alShuruq

Yusny Saby, 2005, Islam And Social Change : The Role Of The Ulama in Acehnese Sosiety, Kuala Lumpur : Penerbit UKM

Published

2013-12-30

How to Cite

Muntasir, & Sulaiman, N. . (2013). Eksistensi Ulama dalam Politik Islam. Jurnal Al-Fikrah, 2(2), 175-186. Retrieved from https://ejournal.unisai.ac.id/index.php/jiaf/article/view/316