Eksistensi Ulama dalam Politik Islam
Keywords:
Eksistensi, Ulama, Politik IslamAbstract
Para ulama ini telah memberikan warna tersendiri bagi Islam dalam dalam berbagai dimensinya termasuk dalam dimensi politik. Peran-peran mereka terhadap penubuhan konsep dan idea politik Islam, negara Islam, kepemimpinan dan lain-lain yang berhubungan dengan politik adalah sesuatu yang telah dimulakan semenjak selepas era kenabian dan para khalifah setelahnya. Kuasa politik dan kuasa agama menjadi otoriti yang dipegang oleh satu orang. Pada masa kenabian, kedua kuasa itu dimiliki nabi Muhammad sebagai Rasululullah yang diberi mandat menyampaikan syariat Islam ke permukaan bumi ini. Pola yang dilakukan oleh nabi Muhammad tesebut berterusan sehingga pada masa kekhalifahan setidaknya sampai masa kekhalifahan khulafaur rasyidin yang berakhir dengan tebunuhnya khlalifah saidini Ali Bin Abi Thalib. Sedikit mengalami peubahan yang terjadi pada masa khalifah dinasti Umayyah, Abbasiyah dan dinasti lainnya. Jabatan khalifah yang pada masa itu mulai dipegang oleh orang-oang yang tidak memenuhi persyaratan kualifikasi ulama. Akibatnya muncul berbagai pandangan dan teori yang diberikan oleh para ulama semasa sebagai respon mereka terhadap fenomena yang berlaku. Dengan mengikuti alur historis pandangan para ulama tersebut, dapat dilihat bahawa respon yang diberikan oleh mereka senantiasa diselaraskan dengan kondisi sosio masyarakat yang sedang berlangsung. Persyararatan keturunan Quraish dan Ulama Mujtahid yang diberikan oleh Imam Al-Mawardi untuk menjadi Imam atau Khalifah adalah selari dengan kebutuhan politik pada masa itu. Dimana para ulama setelahnya tidak mempermaslah kan kedua syarat tersebut. Rumusan yang dapat difahami dari perbincangan di atas bahwa sebagaimana yang terjadi dalam teori barat tentang bentuk, sistem dan hal-hal lainnya yang berhubungan dengan politik dan kenegaraan juga terjadi dalam pemikiran sarjana Islam. Perubahan pandangan dan pemikiran adalah sesuatu yang berlaku secara alamiah mengikuti kehendak perkembangan semasa.
References
Ahmad Sukardja, 1995, Piagam Madinah dan Undang-Undang 1945: Kajian Perbandingan dasar hidup Bersama dalam Masyarakat yang majemuk, Jakarta: UI Press
Al-Ghazali, 1991, Ihyâ‘ Ulũm al-Dīn, Dar al-Fikr, Beirut, Juz II, Al-Maududi, Abul A’la, 1988, Khilafah dan Kerajaan (Al-Khilafah wa AlMulk, Bandung : Mizan
Imam Al-Mawardi, 1973, Al-Ahkam as-Sulthaniyah wa al-Wilayah adDiniyyah, Kairo
Luis Makluf, 1956, Al-Munjid Fil Lughah Wa al-Adab Wa Al-Ulum, Beirut : Al-Matbaat Al-Katsulikyah
Rasyid Ridha, 1988, Al-khilafah Aw Al-Imamah Al-Uzhma, Kairo: Zahra Lil Al-Ilam Al-Arabi
Said Hawwa, 1991, Al-Asaasu Fi At-Tafsir, Cairo : Darus Salam Juz 8
Sayyid Qutb, 1974, Al Adalah Al Ijtima’iyah Fil Islam, Beirut : Dar alShuruq
Yusny Saby, 2005, Islam And Social Change : The Role Of The Ulama in Acehnese Sosiety, Kuala Lumpur : Penerbit UKM
Published
How to Cite
Issue
Section
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.