Pandangan Fiqh Al-Syāfi’iyyah Tentang Imbalan Nādhir Dari Hasil Pengelolaan Harta Wakaf
Keywords:
Fiqh Al-Syāfi’iyyah, Nadhir, Pengelolaan, WakafAbstract
Nādhir merupakan pengelola harta wakaf yang sangat menentukan berjalan atau tidaknya manfaat harta wakaf. Di samping kewajibannya, seorang nādhir juga berhak mendapatkan imbalan dari hasil harta wakaf. Imbalan nādhir dapat disesuaikan dengan ketentuan pewakaf atau ditetapkan oleh hakim. Tulisan ini mengkaji tentang imbalan nādhir terhadap hasil pengelolalaan harta wakaf telaah Fiqh al-Syāfi’iyyah. Hasil penelitian ini adalah pandangan Fiqh al-Syāfi’iyyah tentang imbalan nādhir terhadap hasil pengelolalaan harta wakaf adalah jika imbalan itu disyaratkan pewakaf, nādhir boleh mengambil imbalan secara mutlak sebagaimana ditentukan dalam syarat walaupun melebihi imbalan mitsil selama nādhir bukanlah pewakaf, kalau nādhir adalah pewakaf, maka hanya boleh mengambil imbalan mitsil atau lebih kurang lagi. Sedangkan imbalan yang ditetapkan oleh hakim adalah sekurang-kurang dari nafkahnya atau imbalan mitsil.
References
Abdul Ghafur Anshari, Hukum dan Praktek Perwakafan di Indonesia, Cet. I, Yogyakarta: Nuansa Aksara, 2005.
Muslim ibn Hajjaj al-Naisaburī, Al-Jamī’ al-Shahīh: Shahīh Muslim, Juz. Ke-5, Bairut:
Dār al-Khail, t.t.
Zain al-Dīn al-Malibarī, Fath al-Mu’in, Juz. III, Semarang: Hikmah Keluarga, t.t.
Departeman Agama RI, Pola Pembinaan Lembaga Pengelola Wakaf Nādhir), Jakarta: Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggara Haji Direktorat Pengembangan Zakat dan Wakaf, 2004.
Ahmad Warson Munawir, Kamus al-Munawwir, Cet. IV, Surabaya: Pustaka Progresif, 2002.
Departemen Agama RI, Fiqih Wakaf, Cet. I, Jakarta: Direktorat Jenderal Bimas Islam Dan Penyelenggaraan Haji, 2004.
Muhammad Ibn Qāsim al-Ghazī, Fath al-Qarīb, Juz. II, Semarang: Toha Putra, t.t.
Zain al-Dīn al-Malibarī, Fath al-Mu’in, Juz. II, Semarang: Hikmah Keluarga, t.t.
Helmi Karim, Fiqh Muamalah, Cet. III, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002.
Tim Redaksi Nuansa Aulia, Kompilasi Hukum Islam, Cet. I, Bandung: Nuansa Aulia, 2008.
Pasal 1 Undang-Undang Nomor 41
Muslim ibn Hajjaj al-Naisaburī, Al-Jami’ al-Shahīh: Shahīh Muslim, Juz. V, Bairut: Dār al-Khail, t.t
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, Cet. II, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002.
Muslich Sabir, Koleksi Hadis Yang Disepakati oleh Bukhari dan Muslim, Jld. II, Cet. III, Semarang: Al-Ridha,1999
Published
How to Cite
Issue
Section
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.