‘Iddah Perempuan Hamil Karena Zina
(Studi Komparatif Antara Mazhab Maliki dan Syafi’i)
DOI:
https://doi.org/10.54621/jiam.v12i1.938Keywords:
‘Iddah, Wanita Hamil, HamilAbstract
Kewajiban ‘iddah bagi perempuan hamil dalam pernikahan yang sah disepakati oleh para ulama berdasarkan al-Qur’an. Namun, terhadap perempuan hamil karena zina, para ulama berbeda pendapat. Penulis melakukan penelitian ini dengan tujuan untuk mengetahui hukum ‘iddah bagi perempuan hamil karena zina dan metode istinbāh yang digunakan oleh masing-masing mazhab. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah berdasarkan analisis deskriptif-komperatif dengan teknik pengumpulan data melalui penelaahan pustaka yang disesuaikan dengan pokok pembahasan. Penelitian ini dapat dilakukan dengan beberapa metode, baik berbentuk alternatif ataupun kumulatif yang saling melengkapi. Pendekatan yang digunakan penulis adalah pendekatan Analisa isi (content Analysis). Penulis melakukan analisis terhadap pemikiran-pemikiran tentang ‘iddah perempuan hamil karena zina berdasarkan teori Analisa isi, utamanya teori tentang pemahaman terhadap makna yang dimaksudkan pada kalimat-kalimat dalam al-Qur`an dan hadis yang dijadikan sebagai dalil. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu mazhab Malikī yang menyatakan kewajiban ‘iddah bagi perempuan hamil karena zina adalah ‘iddah secara umum diwajibkan karena adanya persetubuhan. Mereka dalam menetapkan kewajiban ‘iddah bagi perempuan hamil karena zina menggunakan metode ijtihād al-bayānī. Sementara mazhab Syāfi’ī yang menyatakan tidak ada kewajiban ‘iddah bagi perempuan hamil karena zina adalah ‘iddah hanya diwajibkan karena adanya pernikahan. Mereka juga dalam hal ini menggunakan metode ijtihād al-bayānī.
References
Abd al-Hamid al-Syarwani, & Ahmad al-‘Ubadi. (2010). Hawasyai al-Syarwani wa al-‘Ubadi (Jld. VIII). Maktabah Syamilah Isdar 3.47 v.10600.
Abd al-Rahman al-Jaziri. (n.d.). Al-Fiqh ‘ala Mazahibi al-Arba’ah (p. 523). Lihat juga Muhammad al-Khatib al-Syarbaini, Mugni al-Muhtaj (Jld. III). Mesir: Mustafa, 1958.
Abu Abdullah Muhammad bin Ahmad al-Anshari al-Qurthubi. (1985). Al-Jami’ al-Ahkam al-Qur’an (Jld. III). Beirut: Dar Ihya Al-Tsurats Al-Arabi.
Al-Dardir, Ahmad ibn Muhammad. (2010). Al-Syarh al-Kabir (Jld. II). Maktabah Syamilah Isdar 3.47 v.10600.
Al-Jurjawi, Ali Ahmad. (1992). Hikmah Tasyri’ wa Falsatuh (Hadi Mulyo dkk., Trans.). Semarang: Al-Syifa.
Al-Magribi, Abū Abd Muhammad ibn Muhammad. (2010). Mawahib al-Jalil li Syarh Mukhtashar al-Khalil (Jld. V). Maktabah Syamilah Isdar 3.47 v.10600.
Al-Mawardi, Abū al-Hasan. (2010). Al-Hawi al-Kabir (Jld. IX). Maktabah Syamilah Isdar 3.47 v.10600.
Al-Qazwaini, Muhammad ibn Yazid. (2010). Sunan Ibn Majah (Jld. I). Maktabah Syamilah Isdar 3.47 v.10600.
Al-Ramli, Muhammad ibn al-‘Abas. (2010). Nihayah al-Muhtaj ilaa Syarh al-Minhaj (Jld. XXIII). Maktabah Syamilah Isdar 3.47 v.10600.
Badran, Abū ‘Ainain. (n.d.). Az-Zawaj wa Thalaq fi al-Islam: Fiqh Maqarin baina al-Mazahib al-Arba’ah al-Sunnah wa al-Mazahab al-Jaghfari wa al-Qanūn. Iskandaria: Muasasah Syabab al-Jami’ah.
Fathurrahman Azhari. (2007). Pandangan para ulama terhadap ‘iddah perempuan hamil di luar nikah. Albanjari, 5(9), Januari 2007.
Ibn al-Hajib al-Kurdi al-Maliki. (2010). Jami’ al-Ummahat (Jld. I). Maktabah Syamilah Isdar 3.47 v.10600.
Ibn Hajar al-Haitami. (2010). Al-Fatawa al-Kubra al-Fiqhiyyah (Jld. IV). Maktabah Syamilah Isdar 3.47 v.10600.
Ibn Hajar al-Haitami. (1997). Tuhfah al-Muhtaj (Jld. VIII). Beirut: Dar al-Fikr.
Ibnu Majah. (1995). Sunan Ibnu Majah (Jld. I). Beirut: Dar Al-Fikr.
Imam Taqiyuddin Abū Bakar. (n.d.). Kifayatul Akhyar (Jld. II). Indonesia: Dar Ihya al-Kutub Al-Arabiyah.
Muhammad Jawad al-Mugniyyah. (1964). Al-Ahwal asy-Syakhsiyyah (Cet. I). Beirut: Dar al-‘Ilmi li al-Malayin.
Mun’im A. Sirry. (1996). Sejarah Fiqh Islam: Suatu Pengantar (Cet. II). Surabaya: Risalah Gusti.
Satria Effendi. (2008). Ushul Fiqh (Cet. II). Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Wahbah al-Zuhaili. (1997/1418 H). Al-Fiqh al-Islam wa Adillatuh (Jld. IX, Cet. IV). Damaskus: Dar al-Fikr.
Zain al-Din al-Malibari. (n.d.). Fath al-Mu’in (Jld. IV). Semarang: Toha Putra.
Zainuddin al-Malibari. (n.d.). Fathul Mu’in bi Syarh Qurrati al-’Aini (Jld. IV). Beirut: Dar Al-Fikr.

