Keabsahan Nikah Misyār

(Studi Komparatif Fiqih Klasik Dan Fiqih Kontemporer)

Authors

  • Faisal Institut Agama Islam (IAI) Al-Aziziyah Samalanga Bireuen Aceh

DOI:

https://doi.org/10.54621/jiam.v3i2.440

Keywords:

Keabsahan, Nikah, Misyar

Abstract

Asumsi  awal  ketika  seorang  mengetahui  apa  sebenarnya nikah  Misyār  mungkin  akan  terlintas  dalam  pikirannya  bahwa pernikahan  ini  adalah  nama  lain  dari  nikah  Mut’ah  atau  nikah wisata yang banyak terjadi di daerah puncak Bogor. Karena kalau diperhatikan  sekilas  nikah  Misyār  ini  seolah-olah  merupakan perkawinan  yang  terbatas  masanya,  sebab  ketika  suami  yang melakukan perjalanan dan melaksanakan pernikahan, kemudian ia kembali ke daerah asalnya, maka besar kemungkinan pernikahan ini  tidak  bisa  dilanjutkan  dan  akan  berakhir.  Pernikahan Misyār  ini  menimbulkan  perdebatan  terutama  di  kalangan ulama  kontemporer.  Karena model  nikah  Misyār  baru  dikenal masa  kini,  maka  para  ulama  kontemporer  berbeda  pendapat menghukuminya.  Sedangkan  dalam Fiqh klasik  khususnya Fiqh Syāfi’iyyah  tidak  ditemukan  istilah  pernikahan  Misyār  ini,  akan tetapi  dalam  Fiqh  Syāfi’iyyah  mungkin  saja  dapat  ditemukan beberapa konsep yang berkaitan dengan hak dan kewajiban suami isteri  dalam  menjalin  rumah  tangga.  Barangkali  konsep  tersebut bisa dikaitkan dengan problema nikah Misyār. Berkaitan dengan realitas  permasalahan  tersebut,  maka  ada  beberapa  hal  yang menganjal  yang  perlu  dicarikan  jawabannya,  yaitu:  Pertama, apakah nikah Misyār ini benar memiliki kesamaan dengan nikah Mut’ah  atau  nikah  wisata  yang  dilarang  dalam  Islam  ?  Kedua,. Bagaimana  perbedaan  fatwa  ulama  kontemporer  tentang  hukum nikah  Misyār  ?.  Ketiga,  Bagaimana  pandangan  Fiqh  klasik khususnya  Fiqh  Syāfi’iyyah  tentang  pernikahan  Misyār  ini  bila dikaitkan dengan hak dan kewajiban suami isteri dalam menjalin rumah tangga. Inilah beberapa pertanyaan yang ingin dielaborasi dalam  tulisan  ini  dengan  menggunakan  pendekatan  kualitatif yang  bersifat  deskriptif,  kemudian  dianalisis  secara  komparatif dan  menggunakan  penalaran  deduktif  (istinbath).

References

Muhammad Ibn Ismail al-Amir al-Shan’ani, Subul al-Salam Syarah Bulūgh al-Marām, Riyadh: Maktabah Nizar, 1995.

Muhammad Rifa’i, Ilmu Fiqh Islam, Semarang: Toha Putra, 1998. MUI, Nikah Wisata Atau Nikah Muaqqat Haram Hukumnya, http:// sosialbudaya.tvone.co.id, diakses 16 September 2015.

Shaykh Abū Mālik Kamal bin al-Sayyid Salīm, Sahih Fiqh Sunnah, Jld. Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor (Jawa Barat) Di Tinjau Dari Hukum Islam, Skripsi Fakultas Syariah UIN Syarif Hidayatullah, 2011.

Tim Penyusun Lajnah Ta’lim Wan Nasyar, Solusi Problematika Aktual Hukum Islam, Surabaya: Khalista, 2011.

Tim Publikasi Gatranews, Kontrak Syahwat Jalur Puncak, http://www. gatra.com, diakses 16 September 2015.

Usamah Umar Sulaiman Al-Asyqārī, Mustajaddad Fiqhiyyah Fi Qadhāyā Al-zawāj Wa al-Thalāq, Riyadh: Dar al-Nafais, 2000. ⸨148⸩ ⸹ ⸨Al-Mizan Vol. 3 No. 2 | 2016 ⸩

Yūsuf al-Qardāwī, Zawāj al-Misyār Haqiqatuhu Wa Hukmuhu, Riyadh: Dar al- Qalam li Kulliyyat al-Islamiyyah, 1423 H.

Published

2016-12-30

How to Cite

Faisal. (2016). Keabsahan Nikah Misyār: (Studi Komparatif Fiqih Klasik Dan Fiqih Kontemporer). Jurnal Al-Mizan, 3(2), 115-148. https://doi.org/10.54621/jiam.v3i2.440

Issue

Section

Artikel