Honor Mengajar Dalam Perspektif Hadis dan Cara Menumbuhkan Nilai-Nilai Keikhlasan dalam Mengajar
DOI:
https://doi.org/10.54621/jiat.v6i1.171Keywords:
Mengajar, Hadis, IkhlasAbstract
Islam sangat menghargai orang yang berilmu dan mengamalkannya serta mengajarkannya kepada orang lain. Kajian ini ingin melihat bagaimana penjelasan hadis tentang pengajar boleh menerima upah, hakikat tujuan mengajar dalam hadis dan cara menumbuhkan nilai-nilai keikhlasan dalam mengajar. Kajian ini termasuk kajian pustaka (studi kepustakaan) dengan sumber datanya di dapat dari kitab dan buku-buku pendidikan Islam. Hasil kajian menemukan Pertama, Secara hukum syara’ boleh mengambil honor atau upah dalam mengajar pelajaran Agama. Boleh menerima upah dalam pengobatan orang sakit dengan ruqiyah atau membaca ayat-ayat Al-Qur’an atau do’a-do’a dari Nabi SAW. Bolehnya penggajian, honor atau upah bagi para guru, pegawai dan karyawan dalam sistem pendidikan dan pengajaran. Akan tetapi dilarang memungut bayaran murid yang miskin untuk penggajian atau upah guru yang mengajar Al-Qur’an. Adapun bagi guru yang sejak awal berniat menjadi sukarelawan atau pengajaran fardu’ain itu dilarang. Islam membolehkan pekerjaan guru menjadi profesi dan berhak menerima gaji sekalipun dalam mengajarkan Al-Qur’an atau ilmu agama asal tidak materialistis. Untuk mengurus anak sendiri saja seorang istri harus diberi upah, apalagi untuk orang lain yang mengajari anak kita mengajar agama atau mengajar Al-Qur’an. Kedua, Tujuan mengajar dalam Islam menurut hadis adalah untuk mencari ridha Allah. Mengajar hendaknya dilakukan secara ikhlas. Mengambil upah tidak akan mengurangi fahala, karena Islam membolehkannya bahkan menganjurkan memberi gaji atau honor mengajar. Ketiga, Menumbuhkan nilai-nilai keikhlasan dalam mengajar dapat dilakukan melalui: Pertama, memahami bahwa tidak akan diterima amal kecuali amal itu dilakukan dengan ikhlas tanpa ada tujuan-tujuan yang lain. Kedua, memahami bahwa amalan itu sangat bernilai ketika kita telah membelakangi dunia ini dan kembali kepada Allah Swt. Untuk itu perlu banyak sekali amalan kebaikan di dunia termasuk mengajar. Ketiga, memahami bahwa pekerjaan yang paling dicintai oleh Rasulullah SAW adalah belajar dan mengajar.
References
A.W. Munawwir, Kamus al-Munawwir Arab-Indonesia, Yogyakarta: Pondok Pesantren al-Munawwir, 1984.
Abd. Al-Muhsin al-Ibad, Syarah sunan Abu Dawud, Beirut: Dar al-Fikr. al-'Aini, 2005.
Abdul Majid Khon, Hadis Tarbawi, Hadis-hadis Pendidikan, Jakarta: Kencana, 2012.
Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al-Ghazali, Ihya ‘Ulum al-Din, Juz IV, Cet. III, Beirut: Dar al-Fikr, 1991.
Abu Husain Ahmad bin Faris bin Zakaria, Mu’jam Muqayis al Lugah, Cet. II, Jilid II, al-Iskandariyah: Dar al Fikr, 1970.
Abu Qasyim al-Qusyairiy, Risalah al-Qusyairiyah, Damsyiq: Dar al-Khair, 1991.
Al Bukhari Muhammad bin Ismail Abu Abdullah, Shahih Bukhori, t.tp Daarut Thuqinnajah, 1422 H.
Harmy Sulaiman al-Dar’i, Muhadarat fi Ulumil Hadis, t.t. Dar al-Nafais, 2000
Hasan Langgulung, Asas-asas Pendidikan Islam, Jakarta: Pustaka al-Husna Baru, 2003.
Ibnu Hajar al-‘Asqalani, Tuhfat al-Asyraf li Ma‘rifat al-Atraf, Juz V , Cet ke-II; (Beirut: al-Maktab al-Islamiy, 1403 H/1983 M.
Ibnu Hajar Al-Asqalany, Fath al-Bariy, Juz. 4, Kairo: Mushthafa al Baby al Haby, 1378 H/1959 M.
Ibnu Hamzah Al Husain Al Hanafi Ad Damsyiqi, Asbabul Wurud; Latar Belakang Historis Timbulnya Hadis-hadis Rasul, terj: Suwarto Wijaya dan Zafrullah Salim, Jilid 2, Jakarta: Kalam Mulia, 1994.
Ibnu Manzur Muhammad Ibnu Mukarrram Ibnu ‘Aly, Lisan al-‘Arab, Juz.II, Cet. I, Beirut: Dar Sadr, 1414 H.
Ibrahim Anis, al-Mu’jam al-Wasit, Juz.1, Teheran: Maktabah al-Islamiyah, t.th.
M. Shuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadis Nabi Cet. 1; Jakarta: Bulan-Bintang, 1992.
Mahmud Tahhan, Ushulu al-Takhrij wa Dirasah al-Asanid, (Bairut : Dar al-Qur‘an al-Karim, t.th.
Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, Jakarta: Hidakarya Agung, 1989.
Qalyubi, Hasyiata Qalyubi wa ‘Umairah, Juz III, Indonesia : Karya Insan, t.th.
Rizal Ibrahim, Menghadirkan Hati: Panduan Menggapai Cinta Illahi Yogyakarta: Pustaka Sufi, 2003.
Yusuf al-Qaradhawi, Ikhlas dan Tawakal: Ilmu Suluk menurut Al-Qur’an dan As-Sunnah Solo: Aqwam, 2015.
Yusuf Qardhawi, Peran Nilai dan Moral dalam Perekonomian Islam, terj. Setiawan Budiutomo dan Ainur Rofiq Shaleh Tamhid, Jakarta: Robbani Press, 1997
Published
Versions
- 2020-06-30 (5)
- 2022-09-24 (4)
- 2022-09-24 (3)
- 2020-06-30 (1)
How to Cite
Issue
Section
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
<meta name="google-site-verification" content="my376V_zufsFS7u-tp5mnbkhXyMKWFtW5e61aFjBujU" />